RSS

Magangku Ceritaku Pengalamanku



Hai gaes, ketemu lagi sama gue mimin blog ini. Kali ini gue bakal cerita tentang pengalaman magang gue di sebuah SD XX di sebuah kota besar di negara kita. Baca sampai habis ya, biar kalian bisa nambah pengalaman dan kalian juga boleh sharing sama mimin di kolom komentar J

            Saya Tika Febri F seorang mahasiswi di sebuah Universitas swasta di kota XX. Saya mengambil program pendidikan guru sekolah dasar. Dalam program pendidikan tersebut terdapat suatu mata kuliah magang yang menghendaki kita untuk berlatih menjadi seorang guru di sebuah sekolah dengan waktu yang telah ditentukan oleh kampus. Nah, dari program tersebut kita bisa merasakan bagaimana suasana sekolah secara langsung, melakukan kontak dengan siswa secara langsung dan semuanya secara langsung.
            Dari program tersebut, saya di tempatkan di sebuah SD XX di kota XX. SD tersebut merupakan SD yang menjadi favorit orang tua untuk menyekolahkan anaknya di SD tersebut. Disana terdapat kelas I-VI dengan tiap kelas terdiri dari kelas pararel yaitu A-D. Jumlah siswa yang terdapat di SD tersebut ada lebih dari 700 siswa. Sekolah tersebut menerapkan kelas pagi dan siang untuk mengakali jumlah kelas yang sebagian sedang di renovasi.
            Nah, di SD tersebut saya menemui berbagai macam karakter siswa. Karakter tersebut antara lain ada yang pemalu, egois, ramah, sopan, nakal, pemberani dan lain sebagainya. Tetapi dari beberapa karakter yang ditunjukan oleh siswa disana, ada salah satu siswa yang menarik perhatian saya. Siswa tersebut berasal dari siswa kelas II. Dalam kegiatan magang saya di SD tersebut dia selalu datang ke basecamp mahasiswa magang, tetapi tidak bersama dengan temanya. Karena penasaran saya pun akhirnya menanyai mengapa di seperti itu. Dari jawaban yang saya terima bahwa ia dijauhi oleh temannya yang mendapat ranking 1 di kelasnya dan teman yang lain pun lebih memilih untuk bermain dengan anak yang memiliki ranking 1 tersebut. Dari hal itu saya mencoba untuk menasehati untuk tidak bersikap baik dengan teman, tetapi respon yang diberikan dari siswa tersebut yaitu dia tidak mau untuk baikan dengan temannya tersebut karena ia merasa tidak bersalah dan harus temannya yang meminta maaf dahulu. Selama saya magang di SD XX siswa tersebut selalalu berusaha untuk mendekati mahasiswa yang magang di SDnya. Tetapi setelah ia merasa dekat dengan saya dan teman magang saya, ia akan bersikap seenaknya dan kurang sopan. Siswa tersebut sering membantah nasehat yang kami berikan dan selalu memaksakan kehendak.
            Karakter yang dimiliki oleh siswa tersebut mungkin bukan tana sebab. Setelah beberapa hari saya magang di SD XX saya mengetahui bahwa siswa tersebut berasal dari keluarga broken home yang mungkin kurang mendapat kasih sayang. Setiap pulang sekolah ia dijemput oleh kakeknya, tetapi kakeknya tersebut selalu telat untuk menjemput siswa tersebut, biasanya sampai siswa yang lain sudah pulang. Tempat tinggalnya juga letaknya sangan jauh dari sekolah.

Nah itu sedikit cerita pengalaman mimin, sampai jumpa di cerita yang lainnya :)

TEORI BRUNER DALAM MATEMATIKA



A.    TEORI BRUNER
Menurut Bruner (dalam Hudoyo,1990:48) belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu. Siswa harus dapat menemukan keteraturan dengan cara mengotak-atik bahan-bahan yang berhubungan dengan keteraturan intuitif yang sudah dimiliki siswa. Dengan demikian siswa dalam belajar, haruslah terlibat aktif mentalnya agar dapat mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam bahan yang sedang dibicarakan, anak akan memahami materi yang harus dikuasainya itu. Ini menunjukkan bahwa materi yang mempunyai suatu pola atau struktur tertentu akan lebih mudah dipahami dan diingat anak. Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya.
Bruner, melalui teorinya itu, mengungkapkan bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi benda-benda atau alat peraga yang dirancang secara khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa dalam memahami suatu konsep matematika. Melalui alat peraga yang ditelitinya itu, anak akan melihat langsung bagaimana keteraturan dan pola struktur yang terdapat dalam benda yang sedang diperhatikannya itu. Keteraturan tersebut kemudian oleh anak dihubungkan dengan intuitif yang telah melekat pada dirinya. Peran guru dalam penyelenggaraan pelajaran tersebut, (a) perlu memahami sturktur mata pelajaran, (b) pentingnya belajar aktif suapaya seorang dapat menemukan sendiri konep-konsep sebagai dasar untuk memahami dengan benar, (c) pentingnya nilai berfikir induktif.
Dengan demikian agar pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan intelektual anak dalam mempelajari sesuatu pengetahuan (misalnya suatu konsep matematika), maka materi pelajaran perlu disajikan dengan memperhatikan tahap perkembangan kognitif/ pengetahuan anak agar pengetahuan itu dapat diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) orang tersebut. Proses internalisasi akan terjadi se-cara sungguh-sungguh (yang berarti proses belajar terjadi secara optimal) jika penge-tahuan yang dipelajari itu dipelajari dalam tiga model tahapan yaitu model tahap enaktif, model ikonik dan model tahap simbolik.

B.      TAHAP PEMBELAJARAN
Ada tiga model tahapan dalam teori Bruner :
1.      Model Tahap Enaktif
    Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek. Pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan menggunakan benda-benda konkrit atau menggunakan situasi yang nyata.
2.      Model Tahap Ikonik
       Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan pada pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik yang dilakukan anak, berhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya pada tahap enaktif tersebut di atas (butir a).

3.      Model Tahap Simbolis
      Tahap pembelajaran di mana pengetahuan itu direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak (abstract symbols, yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan orang-orang dalam bidang yang bersangkutan), baik simbol-simbol verbal (misalnya huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat), lambang-lambang matematika, maupun lambang-lambang abstrak yang lain.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KTSP


Nama Sekolah
:
SDN 1 Pucakwangi
Mata Pelajaran
:
Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester
:
5/ 2
Pertemuan ke-
:
1
Alokasi Waktu
:
2 X 35 menit (1 pertemuan)
Standar Kompetensi
:
Mendengarkan
Memehami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan

Kompetensi Dasar
:
5.1 Menanggapi cerita tentang peritiwa yang terjadi di sekitar yang disampaikan secara lisan.

Indikator
:
5.1.1 Mendengarkan cerita “Mengenal Industri Mabel” secara lisan dengan cermat.
5.1.2 Mengajukan pertanyaan sesuai dengan pokok-pokok cerita “Mengenal Industri Mabel” dengan benar.
5.1.3  Menanggapi peristiwa dari cerita “Mengenal Industri Mabel” dengan baik.

 

A.           Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti pembelajaran :
1.      Peserta didik diharapkan dapat Mendengarkan cerita “Mengenal Industri Mabel” secara lisan dengan cermat.
2.      Peserta didik diharapkan dapat Mengajukan pertanyaan sesuai dengan pokok-pokok cerita “Mengenal Industri Mabel” dengan benar.
3.      Peserta didik diharapkan dapat Menanggapi peristiwa dari cerita “Mengenal Industri Mabel” dengan baik.

B.     Materi Ajar
1.      Teks dengaran “Mengenal Industri Mabel”
2.      Teknik menyusun pertanyaan dari cerita lisan.
3.      Cara menanggapi cerita lisan.

C.    Metode Pembelajaran
Ø  Ceramah
Ø  Inkuiri
Ø  Penugasan

D.    Kegiatan Pembelajaran
No
Kegiatan
Waktu
1.
Kegiatan Pendahuluan
Ø  Orientasi
Bercerita tentang “Mengenal Industri Mabelsecara lisan dan memberitahu peserta didik untuk menyusun pertanyaan tentang cerita yang didengar.

Ø  Apersepsi
Menginformasikan kepada peserta didik bahwa setelah mengikuti pembelajaran, peserta didik harus mampu menanggapi cerita tentang Mengenal Industri Mabel .

Ø  Motivasi
Menginformasikan kepada peserta didik bahwa dengan kemampuan mendengarkan dan menanggapi suatu cerita dengan cermat, peserta didik dapat mengetahui pokok-pokok dari cerita yang didengarnya.


Ø  Pemberian Acuan
Ø  Materi yang akan dipelajari adalah menanggapi tentang peritiwa yang terjadi di sekitar yang disampaikan secara lisan.
Ø  Guru akan memperdengarkan teks dengaran dua kali,mengajukan pertanyaan dan menanggapinya.



5 menit
2.
Kegiatan Inti
Ø  Eksplorasi
-          Peserta didik ditumbuhkan rasa ingin tahunya terhadap teks “Mengenal Industri Mabel” yang disimaknya.
-          Guru membimbing peserta didik untuk mencatat  pokok-pokok  isi teks yang didengarkan.
-          Peserta didik secara kritis menemukan  pokok isi teks dengaran.

Ø  Elaborasi
-          Peserta didik diminta untuk menyebutkan judul teks dengaran yang didengarkan
-          Peserta didik mengajukan pertanyaan tentang cerita Mengenal Industri Mabel.
-          peserta didik akan memberikan tanggapan tentang cerita Mengenal Industri Mabel.

Ø  Konfirmasi
-          Guru memberikan umpan balik positif atas hasil kerja peserta didik
-          Guru memberikan penghargaan atas keberhasilan siswa mendengarkan teks dan membuat denah  dengan baik.
-          Guru mengajak  peserta didik yang belum berpartisipasi aktif untuk berpartisipasi lebih aktif.

60 menit

Kegiatan Penutup
-          Guru meminta siswa secara mandiri
1.      Tugas Terstruktur
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk menanggapi cerita yang didengarnya secara lisan dari radio.

5 menit